AKU BERTANYA PADA FESBUK " DIMANA TUHAN ? "
oleh Ch Anam Ipe pada 05 Maret 2011 jam 1:01
Fesbuk, mungkin saja suatu balai besar tempat kumpul-kumpul dan berbagi, atau mungkin lebi besar lagi seperti sebuah kampung, ada berbagai gedung, rumah-rumah, dan bermacam ruang yang berisi masyarakat maya. Bisa juga fesbuk merupakan negeri di alam maya yang berpenduduk berjuta-juta. Semua macam orang ada di negeri maya ini, mulai yang suka iseng, seneng nggremeng, latah, banyak polah, bikin ulah, samapai yang super serius, yang banyak dan banyak lagi macamnya.
Di sini, suatu hari aku terdampar, di negeri fesbuk (bikin mabuk) dan tertahan di sini oleh keramaian persahabatan, persaudaraan, dan semacam perlombaan saling ingin dikenal. Lalu aku terkadang terbawa sampai dalam oleh orang-orang, meski yang kusebut orang masih belum semuanya jelas seperti yang ada di dunia nyata, tetapi nyatanya aku terbawa seperti hidup di dalamnya. Karena sekarang aku ingin negeri maya ini memberiku sesuatu yang sangat berarrti, maka aku bertanya " Tuhan ada dimana?"
Sebagaimana semua hal yang menarik, menyedot perhatian, menghabiskan energi dan waktu, sekalian umur. Semua yang telah membuat pengorbanan besar, harus memberikan imbalan yang besar juga. Hasil yang yang bernilai dan dapat membawa manfaat untuk tujuan yang besar. Karena aku sudah terlanjur menjadi penduduk fesbuk, berKTP asli, KK yang asli, dan terlanjur basah oleh suka dukanya, maka akupun ingin tetap eksis di sini dengan tetap hidup bahagia dalam tuntutan ketuhanan yang selalu dibutuhkan oleh kesejahteraan batinku.
Suatu saat aku merasa rugi dan percuma, malah sering juga aku merasa perlu melakukan koreksi, karena merasa terancam eksistensi rasa tenangku karena godaan alam ini yang sangat memikat dengan lekat mengikat. Apa artinya aku ada tapi tidak merasa ada,. Aku bicara, tapi tidak merasa nyata.Bukan main sesalku jadinya. Bila kesadaran sudah menjadi kebutuhan, maka Tuhan menjadi tautan jiwa yang selalu dirindukan, karena nyatanya bagi rasa hati Dialah penenteram jiwa, pemenuh birahi sukma. Maka kutanyalah "dimana Tuhan ?"
Kalau negeri fesbuk yang bikin mabuk tidak memberiku pemuas cinta, malah bikin penutup rasa, saatnya aku kecewa. arus ada maklumat batin yang terwakilkan supaya pengembaraan kemana-mana di alam maya ini mewakili pengembaraan ruh mencari wajah kekasih, sehingga keasikan di dunia fesbuk adalah keasikan yang nyata. Siapapun yang dapat mewakili hati untuk berbagi rasa kemanusiaan yang selalu ingin tersambung, silahkan bicara apa adanya, bukankah hati suka bicara apa adanya?
Kira-kira Tuhan sedang ada di balik tabir, ketika kita sedang asik maksuk bercengkerama dengan sahabat maya. Tuhan tersembunyi terlalu jauh dari endusan pikiran yang sudah terpanggang oleh gairah wacana-wacana pikir yang membanjir. Apa lagi ketika emosi jiwa ngelantur terlanjur jauh, napas hanya mengantarkan sesak dan rasa bergelora, Tuhan makin tak teringat. Jari-jemari mengelitik, mata melotot, otot kaku tersedot sengatan 1000 watt, Tuhan semakin jauh di balik punggung. Seperti Bimbo bilang, aku jauh, engkau jauh, aku dekat engkau dekat, hati adalah cermin...
Segala yang dapat membuat kita lupa diri, akan menyakiti kita, karena menjadi alamat akan lupanya kita pada pusat diri kita yakni Tuhan. Aku sedang mencari akal agar duniaku fesbuk menjawab pertanyaanku tentang Tuhan, maka aku menjadikan muka LCD di depanku menjadi cermin, dan semua masyarakat manusia yang ada di dalamnya dalah cerminku untuk melihat diri. Aku bercermin selalu, pagi dan petang, siang atau malam saat aku buka pintu maya.
Bila kulihat kecantikan, ia tak terpisah dari wajah yang lain yang tampak kurang sedap. Bial cacian terbaca, iapun tidak berbeda jauh dengan pujian yang penuh pemanis. Karena semuanya ada dalam rupaku sendiri yang sedang ada di depan cermin. Toh semuanya itu gambarku, baik yang cengeng maupun yang tegar penuh motoivasi, antara yang berkhotbah tentang kebaikan dengan yang memancing permusuhan, hanya ada dalam satu wajah sempurna. yaitu wajahku sendiri yang memang menyimpan kedua sisinya.
Dalam hal kebaikan, mungkin akupun punya wajah kebaikan. Tetapi tidak beda dengan hal keburukan, bahkan seburuk apapun aku punya wajah keburukan itu. Untuk kesombongan dan rasa angkuh yang selalu ingin dihargai, tidakubahnya pula aku. Untuk yang senang berpura-pura sopan dan baik hati, tidak ubahnya aku juga. Yang senang pamer, apa itu pamer kekayaan, ilmu, kedudukan, pengalaman, semuanya akupun punya dalam diriku sendiri. Semakin banyak wajah yang kukenal, maka aku semakin luas mengenal wajahku sendiri. Bercermin, dan banyaklah bercermin... seperti yang pernah dibilang oleh Ebiet dalam lagunya.
Kalau aku ingin mencaci, atau ingin memuji, aku sedang beraksi di dalam cermin. Kalau kemudian cacian dibalas dengan cacian, itulah cermin. Kalu pujian dibalas dengan pujian itulah cermin. Kalau mungkin saja pujian dibalas dengan cacian, itupun wajah ku sendiri di bagian lain, toh memang tidak semua bagian wajahku sama. Nyatanya seperti wajah dalam arti sebenarya, kalau orang memuji hidungku berarti ia menganggap pipiku kurang baik. Kalau rambutku tampak indah, jelaslah bagian yang lain kurang indah, ya seperti itulah. Kebaikan dengan keburukan bersanding dalam satu wajah sebagai seni keindahan ciptaan Tuhan yang original.
Barangkali itulah jawaban, dimana Tuhan. Atau sedikitnya memberi jalan bagi pencari untuk bisa tetap mencari ketika kesibukan berwajah buku(fesbuk) menjadi alam alternatif kesukaan hidup, dan agar ingat pada Tuhan tetap didapatkan disaat sedang sibuk fesbukan. Bukankah pernah ada yang mengajarkan "barang siapa mengenal dirinya, maka sungguh ia telah mengenal Tuhanya" ?????
Kenangan terindah melalui pengingat dari sahabatku ini, sungguh membangunkan kulit, bulu rambutku, jemariku, dan perasaanku. Terima dan kasih ku sampaikan kepadanya, Semoga apa yang belum
ketemu menjadi semakin jelas terasa di hati kita.............
Dan akhirnya kita bisa bersukur kepada Tuhan kita
Sabtu, 05 Maret 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar